January 19, 2009

Kuliah Wisata Hati Online - Tauhid 10 - Hidup Bersama Allah

Luangkan waktu bersama Allah. Semakin banyak waktu yang diluangkan bersama Allah, semakin bagus kualitas hidup kita. Apalagi bila kita mau menambah kualitas kedekatan itu dengan ilmu dan amal salih.

Alhamdulillah, Allah hadirkan bulan puasa dari 12 bulan yang Allah berikan. Di bulan puasa ini, boleh dibilang manusia terkoneksi terus sama Allah. Ketika dia puasa saja, paling tidak seseorang “nyambung” mulai dari sahur, sampe mau tidur. Gerakan batinnya, gerakan niatnya, gerakan fisiknya, terjaga dengan apa yang disebut puasa. Ketika kita tidur pun, pikiran kita setidak-tidaknya berpikir untuk jangan sampai tidak bangun sahur. Itu sebabnya kita kemudian bisa bangun sahur. Sebab kondisi kita “siap bangun”. Di bulan puasa, kita ingat mengaji. Di bulan puasa, shalat sunnah sayang terlewati. Di bulan puasa, baca al Qur’an disempet-sempetin. Di bulan puasa, para lelaki ngebela-belain shalat berjamaah. Para ibu, para istri, menyiapkan makanan berbuka dan sahur. Sedekah juga bertebaran di bulan ini. Subhaanallaah, sungguh bulannya amal salih. (Perkara seseorang kemudian mengisi puasanya atau tidak, itu perkara lain. Dengan berpuasa saja, lalu tetap mengambil amalan-amalan yang wajibnya saja, sebenernya itu sudah cukup mengantarkan seseorang menjadi terhubung sama Allah. Tentu saja, semakin banyak kita dalam beramal, akan semakin baik score-nya. Semakin bagus kita mengisi, semakin baik nilainya).
Andai seperti ini hidup kita di bulan-bulan berikutnya, masya Allah, alangkah bagusnya. Hidup bersama Allah. Rizki insya Allah kebuka.
Saya semalam menangis. Di 2 lokasi Pesantren Daarul Qur’an; di Kampung Bulak Santri dan di Kampung Ketapang (dua-duanya berjarak dekat, tidak berjauhan), berlangsung tarawih 1 juz 1 malam. Sebab saya menangis, ada beberapa hal. Di antaranya barangkali saya terlalu bahagia. Ga kebayang dalam hidup saya, bahwa saya dan kawan-kawan diamanahi berkah yang luar biasa; memimpin dan mengelola pesantren hafalan al Qur’an. Dan memasuki puasa, setiap malam berlangsung tarawih 1 juzan yang memang sudah lama saya idam-idamkan. Suara imam-imam saban malamnya, suara anak-anak santri, segala rupa amalan warga pesantren, masya Allah, sungguh ini membahagiakan sekali. Ditambah lagi saya yang alhamdulillah bulan ini banyak mengurangi jadual untuk berkonsentrasi di tengah-tengah para santri dan asaatidz. Wuah, ada kedamaian sendiri. Ada di tengah anak-anak dan para asaatidz pondok yang hatinya, pikirannya, gerakannya, adalah menuju Allah.
Saya betul-betul mengundang kawan-kawan jamaah semua untuk mengagendakan acara-acara keluarga, acara-acara kantor, dan pengajiannya untuk diselenggarakan di pesantren. Saya tidak menjanjikan apa-apa, kecuali mudah-mudahan berkah dari amalan harian pesantren bisa dibawa ketika berada di sana dan kemudian bisa dibawa pulang itu keberkahan. Suasana pesantren sering mendatangkan kedamaian. Di pesantren manapun ia, termasuk di Pesantren Daarul Qur’an.
Rasanya, kita emang perlu waktu khusus dan tempat-tempat khusus, plus lingkungan yang khusus, yang memang bisa membawa kita untuk bisa terpengaruh untuk bisa hidup bersama Allah.
Waba;du, Para Peserta KuliahOnline yang berbahagia, saya menemukan banyak manusia yang menyibukkan dirinya dengan urusannya. Bahkan ketika bermasalah pun tidak kunjung mendekatkan dirinya dengan Allah.
Kalau bisa, dalam keadaan bagaimanapun kita, mestinya kita sadar untuk memulai perjalanan mencari Allah. Bukan sekedar ditempuh. Tapi dikebut.
Kita kejar dosa kita, kita kejar kehidupan yang nyaman di kehidupan kedua nanti setelah kita meninggal. Apalah lagi buat kita-kita yang sadar bahwa kita-kita ini emang manusia-manusia yang masya Allah, dosanya gede banget-banget.
Kebiasaan-kebiasaan di bulan puasa, terus saja kita jalankan, baik di bulan puasa ini, maupun nanti setelah bulan puasa meninggalkan kita. Mulai dari bangun shalat shubuh lebih di awal. Supaya bisa shalat malam, witir, istighfar dan membaca al Qur’an menunggu waktu shubuh. Supaya bisa tertegak shalat sunnah tahajjud, witir dan baca al Qur’an.
Jalankan ini semua sampe ia menjadi kebiasaan buat kita. Menjadi habit buat kita.
Ini pula lah yang mau dikejar dalam Riyadhah 40 hari menjadi kaya. Bahwa selama 40 hari kita bungkus diri kita dengan apa yang dinamakan “taqorrub ilallaah”, mendekatkan diri kepada Allah.
Jalankan segala ibadah sampe kita sendiri larut dalam keasyikan menjalankan ini. Sesiapa yang menjalankan dengan hati, insya Allah -- sering saya bilang -- Allah akan berikan kenikmatan “lupa bahwa diri kita sedang bermasalah”. Ingat-ingat, mudah-mudahan Allah sudah men-take over masalah kita. Lupakan keinginan kita, kita berjalan saja menuju Allah. Sadar-sadar, perjalanan ikhtiar kita mencapai keinginan, tau-tau dah nyampe.
Bagi jamaah peserta kuliah, kita belajar meyakini, kalaulah sampe kita-kita ini bermasalah hidup di dunia ini, lalu masalah kita itu bisa mengantarkan kita menjadi mengingat Allah, ga apa-apa juga. Terlalu mahal tebusannya bila tiada dapat mengingat Allah, meskipun bergelimang harta dan bagus jabatan.
Boleh jadi di antara saudara yang melakukan ibadah-ibadah mengaku belum ada tanda-tanda masalahnya bisa selesai. Namun sesuatu yang pasti, ketenangan yang luar biasa, Allah akan berikan kepadanya. Ketika seseorang berhutang misalnya, bisa saja terjadi satu demi satu mereka yang ia punya hutang kepadanya, membaik dan menjadi kawan. Menagih tetap menagih. Insya Allah selalu ada saja kemudahan yang membuatnya masih terasa punya banyak waktu. Kita-kita ini harus yakin, pertolongan Allah bakal datang juga kepada kita.
Dan inilah yang semestinya kita kejar. Allah. Bukan solusi buat permasalahan kita dan bukan jawaban dari keinginan kita. Tujuan kita, kita kembalikan lagi. Yaitu Allah. Hanya DIA. Bukan yang lain.
Bila kita bisa MENGUBAH HALUAN HIDUP, maka lompatan besar sesungguhnya sudah terjadi. Yakni, Pemilik Segala Solusi, yaitu Allah, sudah ia dapatkan. Dan ini lebih mahal dari apapun di dunia ini.
Ya, ini juga perlu saya garis bawahi, bahwa ubahlah haluan hidup kita. Kalau kita mengejar solusi dan mengejar keinginan, kita akan letih dibuatnya. Kita kejarlah Allah. Insya Allah, Dia akan menyediakan jawaban-jawaban-Nya untuk kita.
Maka pesan saya buat diri saya dan buat semua Peserta KuliahOnline, luangkanlah waktu untuk bersama Allah. Sesering mungkin. Semakin kita meluangkan waktu untuk Allah, maka hal aneh yang akan terjadi, selain kita sendiri semakin punya banyak waktu untuk menikmati hidup ini, pun hidup kita akan sepi dengan sendirinya dari masalah-masalah yang memenjarakan kita punya hidup.
Kalau kita pikir-pikir ya, kurang apa kita coba? Kerja keras udah, kerja cerdas udah, tapi kenapa hidup kita jauh dari berkualitas? Jawabannya ternyata, tujuan hidup kita bukanlah Allah. Saya orang yang tidak percaya bahwa seseorang yang menapaki kesuksesan, lalu layak disebut sukses, apabila kehidupannya rapuh. Saya orang yang tidak mau memakai ukuran dunia. Dunia seringkali merenggut hidup kita. Jabatan direksi memang kita sandang, tapi tarohannya mahal sekali; keluarga, kesehatan kita, kesenangan kita, dan yang paling mahal dirampas adalah waktu untuk kebersamaan kita dengan Allah.
Kalau kita semua tidak segera mengubah haluan hidup kita, pastilah kita akan semakin jauh dari Allah subhaanahuu wata’aala.
Berikut ini tips untuk saya dan untuk kita semua:
  1. Biasakanlah untuk memulai pagi dengan shalat dhuha dan membaca al Qur’an. Sibuk, ya sibuk. Tapi kita harus bisa mengendalikan diri. Kesibukan ga ada habisnya. Sedari malam pun kita jejak, lalu kita masih korbankan pagi kita, dunia tidak akan pernah cukup buat kita. Kita boleh bilang bahwa keluarlah dari rumah sepagi mungkin. Namun saya akan menambahkan, tapi sempatkanlah diri kita untuk bisa shalat dhuha dan baca al Qur’an, barang seayat dua ayat.
  2. Waktunya shalat nanti, shalatlah. Tinggalkanlah semua urusan jual beli, urusan perniagaan, urusan pekerjaan, urusan dunia. Tinggalkan itu semua untuk segera shalat menghadap Allah. Dunia diurus ga ada habisnya. Shalat 5 waktu, harus lebih penting buat kita daripada yang lain. Inilah tauhid. Jangan bangga menjadi yang terdepan, tapi di urusan shalat menjadi yang paling belakang. Kalo bisa, kalau sedang dianugerahi usaha, pekerjaan, anak buah, perusahaan, atau karunia-karunia lain, jadilah motor penggerak bagi sekeliling untuk sama-sama shalat menghadap Allah. Yakinkah semuanya bahwa Allah itu lebih penting dari semua urusan dunia. Shalatlah tepat waktu. Bila shalat tidak tepat waktu, terlalu jauh kita memutar kemudi untuk kembali di tracknya. Contoh, kita sering ketinggalan shalat ashar di jam 5 sore. Berarti kan 2 jam telatnya? Katakanlah 5 shalat waktu dikali telat 2 jam, maka dalam sehari, kita telat 10 jam. Ibarat orang yang adu lari, maka kita akan kalah 10 jam. Dalam satu bulan, 300 jam. 300 jam itu lebih kurangnya 12-13 hari. Bisa dibayangkan betapa kalahnya kita mengejar dunia bila kita sering telat shalat dalam 12 bulan. Itu berarti ketinggalan kurang lebih 150 harian ngitung gampangnya. 150 harian itu sama dengan ketinggalan 4 bulanan. Lebih bahaya kalau kita sering telat shalat sejak akil baligh. Katakanlah umur kita saat ini 30 tahun, dan akil baligh dihitung dari umur 10 tahun, berarti kita akan kalah 40 bulan. 40 bulan itu 4 tahunan. Wajar saja kita mundur di dunia ini, sebab langkah kita, telat 4 tahunan. Belom lagi kalo dihitung meninggalkan shalat, meninggalkan puasa, meninggalkan berhaji hanya gara-gara tidak siap, atau ditambah lagi dengan dosa-dosa dan maksiat, wuah, barangkali konversiannya bisa 10-20 tahunan. Bayangkan, harusnya, kita susah tuh selama itu. Tapi karena Rahman Rahim Allah-lah, kita masih bisa tertawa, masih bisa tersenyum, masih bisa makan minum enak. Subhaanallaah, Maha Pengasih benar Allah, dan Maha Pemaaf.
  3. Bikin doyan diri dengan shalat sunnah qabliyah ba’diyah. Jangan mudah meninggalkan qabliyah ba’diyah. Kebanyakan atau keseringan meninggalkan qabliyah ba’diyah, akan menyebabkan kita menjadi orang-orang yang jauh rizki dan tidak bertambah rizki. Rizki kita mau bertambah, tapi shalat tiada mau bertambah.
  4. Menjelang tidur, berwudhulah, perbanyak zikir dan istighfar kepada Allah. Ingat-ingat dosa. Ibarat jalan, kita balik lagi kembali ke Allah dan mengembalikan semua urusan kepada Allah. Doa menjelang tidur kan begitu. Di antaranya Innii ufawwidhu amrii ilallaah; aku menyerahkan sepenuh-penuhnya segala urusan kepada Allah.
  5. Jangan lupa. Niatkan bangun malam, sebagaimana kita mengincar waktu sahur takut-takut kita kepayaha di siang harinya ketika kita berpuasa. Kita bangun malahlah, dengan satu kecemasan di hati dan pikiran kita bahwa kalau kita tidak bangun malam, maka hidup kita akan payah di siang harinya ketika kita bekerja dan berusaha. Dan di saat bangun malam inilah sesungguhnya titik 0 hidup kita dimulai. Bila langkah dalam hidup ini dimulai dari shalat shubuh jam 05.30, maka itu berarti kemunduran buat kita. Melenceng malah. Bedanya berapa jam tuh? Lihat penjelasan perihal hitung-hitungan kalau shalat kita telat, udah 4 tahunan. Kalau perjalanan kita dihitung dari jam 3 dinihari waktu tahajjud bagaimana? Maka ia menyumbang perjalanan kemunduran kita lebih kurang sebanyak 2 jam setengah dikali 30 hari dalam sebulan, dikali 12 bulan dalam setahun, dan dikali berapa umur akil baligh kita. Masya Allah, panjang bener garis hidup kita melencengnya! Ini belom dihitung bulak beloknya kita ketika kita hidup. Adakalanya kita menuruti hawa nafsu, adakalanya kita mengikuti syetan. Tambah panjang tuh. Saya sering mengilustrasikan begini. Ada seorang manajer yang hidupnya udah lempeng. Tapi kemudian dia tergoda memperkaya diri. Akhirnya, jabatan manajer yang 10 tahunan ia kejar, harus hilang. Kalau kemudian ia harus meniti karir lagi untuk sampai ke jenjangnya, berapa lama lagi? Ukuran normalnya ya 10 tahunan lagi. Dan biasanya perjalanan kedua akan lebih berat lagi, utamanya kalau tetap Allah tidak ridha.
  6. Kejar ketertinggalan dengan amal saleh. Cari jalan-jalan yang bisa kita kemudian tercatat sebagai orang-orang yang beramal saleh, berbuat kebaikan. Jadilah bahagian dari orang-orang yang ikut ngumpul bersama orang-orang yang senangnya beramal saleh. Kalau perlu, jadilah kepala lokomotif yang membawa gerbong kebaikan. Agar kekejar itu ketertinggalan selama hidup kita haluannya ga bener.
Ok, sampe ketemu lagi di esai berikutnya. Insya Allah kita akan belajar sedikit “meninggalkan dunia”, tapi tetap mendapatkannya. Bingung kan? Ya, besok saja jawabannya. Insya Allah.

Yusuf Mansur