February 12, 2009

Kuliah Wisata Hati Online - Tauhid 11 - Memberi Perintah Kepada Allah

Kunjungan Pondok

Peserta KuliahOnline yang dirahmati Allah, kita akan mulai belajar tentang mengenal Allah di dalam kehidupan yang nyata. Tidak ada pintu belajar mengenal Allah kecuali kita belajar tentang shalat dulu. Harusnya. Insya Allah kajian tentang shalat ada di Kuliah Dasar tersendiri. Namun di Kuliah Tauhid ini ditekankan pengenalan secara rasa, secara filosofi, secara psikologi, dan secara apa yang saya alami dan rasakan ketika saya berusaha mengenal Allah. Adalah kebohongan adanya buat saya yang mengaku mencari Allah, mengenal Allah, tapi kemudian shalat saya payah. Maka sedemikian kerasnya usaha saya untuk berusaha bisa shalat tepat waktu dulu. Baru kemudian saya mempelajari bahagian-bahagian shalat secara detail dengan memohon kepada Allah bimbingan-Nya. Apa yang saya rasa, saya dapat, saya share menjadi bahagian dari esai-esai Kuliah Tauhid. Selamat membayangkan kedekatan Saudara dengan Allah manakala Saudara sudah bisa melompat khawatir, bahwa Allah datang, sementara kita tidak berada di tempat. Apa maksudnya dari kalimat saya ini, silahkan renungkan tiga esai yang saya sertakan sebagai bahan kuliah hari ini.
Hari ini ada mulai banyak tamu yang datang berkunjung ke saya, mengikuti Program Kunjungan Pondok ke Pondok Daarul Qur’an, atau sekedar bertamu. Mudah-mudahan kedatangan para tamu membawa berkah tersendiri bagi pondok dan bagi para tetamu sendiri. Juga memberi maslahat bagi lingkungan. Amin.
Semalam, tgl 4 September, saya juga sudah pindah ke dalam lingkungan Pondok. Semoga bisa mendekatkan diri saya dan keluarga ke lingkungan pondok. Alhamdulillah saya bisa menyewa/mengontrak rumah Pak RW yang berlokasi persis di pintu masuk Sekolah Daarul Qur’an Internasional (Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an – Daarul Qur’an). Puji syukur kepada Allah. Para tetamu juga sudah disediakan ruang-ruang untuk menunggu, sambil menikmati sajian-sajian kegiatan pondok untuk diikuti. Seiring dengan perkembangan materi, mudah-mudahan banyak ragam kegiatan yang bisa diikuti sambil berkunjung ke pondok ini. Keberkahan mudah-mudahan mengiringi kita semua.
***

Memberi Perintah Kepada Allah


Tidak ada pekerjaan terpenting dalam kehidupan kita
kecuali menunggu datangnya shalat, dan menyegerakan shalat.


Dalam satu dialog ada yang bertanya kepada saya bahwa tanpa sadar kita sering memberi perintah kepada Allah. “Tahu ga Ustadz, perintah apa tuh kira-kira?”.
Saya memilih diam. Menikmati nasihat yang sedang datang ke saya. Sejak awal bicara, saya memilih belajar saja.
“Perintah yang dimaksud, perintah tunggu…” katanya melanjutkan.
Pembicaraan saat itu sedang membicarakan shalat tepat waktu. Saya langsung merespon membenarkan. “Iya juga. Perintah tunggu ya?”
Coba aja lihat, kata orang ini. Ketika Allah memanggil, lewat muadzdzin, kita masih asyik dengan dunia kita. Tidak sadar bahwa Allah sudah memanggil kita untuk sujud dan ruku’ menghadap-Nya. Sebagian lagi mendengar, tapi tidak bergerak. Sebagiannya malah tidak bisa lagi mendengar. Tertutup oleh kesibukannya bekerja, berusaha dan mencari dunia.
Bener. Rupanya kita ini memberi satu pengkodean terhadap Allah, di hampir di setiap 5 waktu shalat. Yaitu pengkodean perintah “TUNGGU”. Luar biasa.
Jadilah Allah “Menunggu” kita. Sungguh tidak ada pantas-pantasnya. Masa Allah disuruh menunggu kita, iya ga?
***
Perintah “Tunggu”

Tidak ada yang lebih penting di dunia ini yang harus kita kerjakan kecuali shalat.
Shalatlah pekerjaan utama kita, sedang yang lainnya adalah pekerjaan sambilan.


Apa yang terjadi dengan diri Anda ketika Anda mendengar Azan? Apakah langsung bergegas memenuhi panggilan azan tersebut, lalu melaksanakan shalat? Atau biasa-biasa saja? Kalau Anda tidak segera bergegas menyambut seruan itu, maka ketahuilah kita termasuk yang berkategori memberi perintah kepada Allah. Yaitu perintah “tunggu” tersebut.
Perintah “tunggu” kepada Allah ini berarti: # Tunggu ya, saya sedang melayani pelanggan. # Tunggu ya, saya sedang nyetir. # Tunggu ya, saya sedang menerima tamu. # Tunggu ya, saya sedang nemani klien. # Tunggu ya, saya sedang rapat. # Tunggu ya, saya sedang dagang nih. # Tunggu ya, saya sedang belanja. # Tunggu ya saya sedang belajar. # Tunggu ya saya sedang ngajar. # Tunggu ya saya sedang merokok. # Tunggu ya, saya sedang di tol. # Tunggu ya, saya sedang dalam terburu-buru. # Tunggu ya saya sedang tidur. # Tunggu ya, saya sedang bekerja. Dan seterusnya.
Coba aja berkaca kepada diri sendiri, dan kebiasaan ketika menghadapi waktu shalat. Perintah tunggu inilah yang kita berikan kepada Allah. Adzan berkumandang… Allahu akbar, Allahu akbar… Bukannya kita bergegas menyambut seruan itu, malah Allah kita suruh menunggu…
***
Siapa sih kita?

Sesiapa yang tidak mengusahakan shalat di awal waktu, sungguh dia adalah orang yang tidak mengenal Allah. Rizki-Nya lah yang selalu kita cari. Pertolongan-Nya lah yang sedang kita butuhkan. Dan Allah datang di setiap waktu shalat membawa apa yang kita butuhkan, memberi apa yang kita inginkan, di luar kebaikan-Nya yang bersifat sunnatullah.

Kita ini, manusia, makhluk ciptaan Allah. Diciptakan dari saripati tanah. Kita ada, lantaran ada hubungan yang diizinkan Allah dari hubungan laki-laki dan perempuan yang kemudian terjadilah kita. Ya, dari sperma, kita menjadi manusia. Makanya Allah menyindir di surah Yaasiin ayat ke-77, bagaimana mungkin manusia yang diciptakan dari saripati tanah lalu tiba-tiba menjadi pembangkang? Menjadi pendurhaka kepada Allah?
Tapi ya begitulah. Kita ini emang manusia yang ga tahu diuntung dan ga tahu diri. Kita ga kenal siapa kita. Lihat saja, berani-beraninya kita “memerintah” Allah untuk menunggu kita. Iya kan?
Sedangkan, saudara-saudaraku yang dirahmati Allah, seorang kopral, ga boleh dia memerintah sersan. Sersan, ga boleh memerintah kapten. Mayor, tidak bisa memerintah Jenderal, dan seterusnya. Hirarki itu, terjadi. Bahkan, seorang polisi yang berdiri di pinggir jalan, lalu lewat mobil jenderal, lalu dia tidak mengangkat tangan tanda hormat, maka secara kesatuan, ini akan jadi masalah buat dia.
Nah, sekarang, tanya, siapa kita, dan siapa juga Allah? Terlalu amat sangat jauuuuuuhhhhh hirarki kedudukannya. Lah, bagaimana mungkin kemudian kita membiarkan Allah menunggu kita, atau kita memberikan perintah tunggu kepada-Nya, untuk menunggu kita? Astaghfirullah.
Insya Allah orang bisa rada selamet soal shalat, ketika bisa berpikir begini, “Jangan sampe Allah menunggu saya. Kalo bisa, saya yang menyambut Allah. Sebab ga ada pantes-pantesnya. Masa Raja Diraja, Pemberi Karunia, yang dirindukan pertolongan-Nya dan bantuan-Nya, yang dinikmati rizki-Nya, lalu jadi yang menunggu saya? Emangnya, siapa saya?”.
***
Renungkan tiga esai ini dulu ya sebagai bahan kuliah hari ini. Kepada Allah kita berharap sejak ini TAUHID kita BUNYI. Maksudnya, ilmu tauhid kita itu nyata, berpengaruh ke kehidupan kita. Yakni manakala kita berusaha mengenal Allah di saat Allah datang saja dulu di waktu shalat.

Likulli syai-in baabun. Wa baabut taqorrub ilallaahi, ash-sholaah; segala sesuatu ada pintunya. Dan pintu supaya bisa mendekatkan diri kepada Allah itu adalah shalat.

Yusuf Mansur