November 14, 2014

Kuliah Wisata Hati Online - Tauhid 16 - Fadilah Iman Kepada Allah

Peserta KuliahOnline, awal Syawal, berbarengan dengan dibukanya pintu materi-materi lain KuliahOnline, website kita akan dilengkapi dengan kolom-kolom tulisan saya di media; Republika, Poskota, Suara Merdeka, Sindo, Gatra (khusus Gatra, tulisan lama), dan ragam tulisan di media lain, baik yang berupa dokumen lama yang bersifat tulisan, maupun wawancara. Insya Allah. Mudah-mudahan tulisan-tulisan di media-media tersebut bisa bermanfaat, melengkapi esai-esai kuliah kita. Amin.
Saya hari ini mempersiapkan materi sambungan tentang perbaikan shalat sebagai implementasi awal bertauhid yang benar. Tapi sebelum kita lanjut ke materi selanjutnya, saya memperhatikan ada pertanyaan yang menarik seputar keyakinan (Bicara Tauhid Bicara Keyakinan). Kemaren kan saya contohkan pembahasan mengenai Umrah Juli. Di mana saya mengajak wali santri untuk sama-sama umrah sekeluarga, dengan menabung bukan biaya umrah, melainkan menabung sedekah umrah. Banyak peserta yang meminta penjelasan lebih lanjut. Meski belum waktunya, tapi baiklah saya akan jadikan ini materi Kuliah Tauhid saja.
***

Fadhilah Iman Kepada Allah
Keutamaan Keyakinan Terhadap Allah
 
Disebut bertauhid manakala kita bisa mempercayai janji Allah sebab meyakini bahwa janji Allah adalah benar. Inilah bahagian tauhid, bahagian dari mempercayai dan meyakini Allah.
 
Begini, teori dasarnya, siapa yang meminjamkan kepada Allah pinjaman yang baik, maka Allah akan mengganti dengan yang lebih banyak; 2x, 10, 700x hingga lipatan pengembalian yang tidak terhingga. Keyakinan terhadap janji ini adalah juga bahagian dari tauhid. Semakin kita mempercayai Janji Allah, lalu bekerja dan menunaikan keyakinan ini, maka akan semakin hebat pengaruhnya pada diri kita.
Esai berikutnya sungguhpun terlihat seperti pembahasan tentang sedekah, sesungguhnya ini adalah pembahasan tentang tauhid; tentang keyakinan akan Keesaan, Kebenaran, dan Kekuasaan Allah.
Ada seseorang yang tidak yakin dengan dirinya, tapi dia yakin sama Allah, lalu menjajal. Ini saya sebut separuh keyakinan. Tapi ini saja, bisa sangat-sangat berhasil. Bahkan yang tidak punya keyakinan pun akan berhasil! Hanya saja, kepada mereka yang beramal tanpa keyakinan dan ilmu, akan beda rasanya. Buku terbaru saya: The Miracle, udah terbit. Dan buku ini banyak berbicara tentang hal ini (tauhid). (Tunggu saja ya BelanjaOnline di web ini aktif. Supaya peserta bisa mendapatkan buku ini hanya dengan mengklik ujung mouse dan keyboard saja. Pesan secara online via web kesayangan Anda ini, tahu-tahu buku itu udah di rumah, Web Admin).
Seorang ibu di Jember mengikuti tausiyah saya tentang janji Allah. Yang membuat dia tidak yakin, bagaimana bisa dirinya yang tidak ada siapa-siapa di rumahnya, dan dia tidak bekerja, lalu bisa mendapatkan rizki lebih? Tapi dia memilih percaya saja kepada Allah. “Allah punya sejuta cara jika sudah menghendaki sesuatu”, begitu katanya meyakinkan dirinya sendiri. Dan keyakinannya ini mengantarkannya pada rizki. Dia bersedekah di acara, Rp. 5rb. Dia pulang dengan jalan kaki sebab ongkosnya dipakai bersedekah. Sesampainya di rumah, dia punya rumah dihampiri pengendara sedan yang sudah kebelet kepengen pipis. Selesai pipis, dia diberi Rp.50rb, atau 10x lipat dari yang disedekahkannya.
Peserta KuliahOnline yang dirahmati Allah, ini bukan hanya pengajaran sedekah. Sekali lagi ini pengajaran tauhid. keyakinannya terhadap Allah sudah menggerakkannya bersedekah.
Sungguhpun uang itu adalah untuk ongkos, ia kalahkan. Dan keajaibanpun terjadi.
***

Pernah ada kisah seorang tukang ikan datang meminta amalan agar bisa punya modal lebih.
Ketika ditanya buat apa modal lebih, dijawab supaya ada untung lebih. “Memangnya pasti tuh kalo modal ditambah, untung pasti bertambah?”. Dia ragu menjawabnya. Ya saya tahu, banyak yang memiliki kesadaran bahwa tidak ada yang pasti di dunia ini kecuali aturan Allah. Tapi dia menjawab, “Secara hitungan sih, ya nambah untungnya Pak Ustadz. Tapi ya ga tau dah. Namanya juga nasib”.
Saya lalu bertanya kepada dia, rizki itu dari ikan, atau dari Allah?
“Dari Allah”.
“Minta saja sama Allah tambahan rizki, insya Allah ga kudu pake tambahan modal, rizki pasti nambah”.
“Yah, darimana jalannya Pak Ustadz? Darimana jalannya jika tidak ada tambahan modal?”
“Jalannya bukan nambah modal. Tapi nambah rizki dengan jalan-jalan Allah”.
Keterbatasan pengetahuan seseorang akan sumber rizki menyebabkan rizkinya juga terbatas.
Tapi mereka yang terbatas pengetahuannya akan sumber rizki sebenernya cukup dengan memiliki ilmu tauhid, maka sudah akan bertambah-tambah rizkinya. Yakini saja bahwa Allah akan membukakan pintu rizki yang lebih banyak dan kemudian mau memintanya, maka sungguh, ini cukup baginya untuk bertambah rizkinya. Keyakinan saja kita tidak punya, apalagi amal kali. Barangkali.
Saya menambahkan si tukang ikan ini, “Pak, jalan-jalan Allah itu tidak sebatas tambah modal sebagai jalan yang Bapak yakini sebagai satu-satunya jalan. Sehingga Bapak bertanya darimana kalau tidak nambah modal? Sebab Allah memang tidak perlu sebab untuk menambah dan menutup rizki seseorang. Semua berdiri di atas Kehendak-Nya. Hanya, orang-orang yang beriman dan berilmu, tahu, bahwa untuk menghadirkan Kehendak Allah inilah diperlukan ikhtiar, diperlukan upaya. Nah, salah satu ikhtiar untuk menambah jalan rizki buat Bapak, adalah sedekah. Bahkan jalan ini Allah yang memberitahu, langsung lewat KitabNya, al Qur’anul Karim”.
Sulit bagi si tukang ikan ini memikirkan bagaimana bisa sampai terjadi penambahan rizki.
Tapi tidak sulit baginya mempercayai. Sebab mempercayai adalah menggunakan hati. Bukan akal. Hanya orang-orang yang bisa memahami dengan akal dan mengimani dengan hatilah yang derajatnya akan berbeda.
Terus, karena percaya, tukang ikan ini berjanji akan mencoba untuk bersedekah. Sore harinya (dia dagang pagi hari), dia bersedekah 5rb. Esoknya, ada kejadian. Ada seorang anak muda yang biasa minjem motor, minjem motor. Karena biasa, ya tidak ada yang aneh. “Silahkan,” kata si tukang ikan mempersilahkan anak muda ini memakai motornya. Nah, yang si tukang ikan tidak tahu, Allah lah yang mengatur kejadian ini. Allah Melihat dari Asry-Nya sana, bahwa dari situlah rizki si tukang ikan bisa terbuka. Sedang si tukang ikan, sebagaimana kita, hanya bisa melihat bahwa rizkinya ya dari usahanya, dari mejanya. Tidak punya spektrum yang lebih luas. Kita melihat sebatas mata. Sedang Allah tidak terbatas penglihatannya.
Hanya 15 menit anak muda ini memakai motor itu, sebagaimana biasanya, tapi anak muda ini memberi rizki tambahan, “Bang, makasih ya,” kata si anak muda ini, sambil mengembalikan STNK motor dan uang. Ya, uang! Rp. 50rb.
Peserta KuliahOnline, peristiwa ini bagi si tukang ikan amazing banget. Dia kemaren bertanya, darimana bakal bertambah rizki? Lalu dibawa ke persoalan tauhid. ke persoalan keyakinan, bahwa rizki di tangan Allah. Karena Allah itu di mana saja, maka rizki itu bisa darimana saja. Dan hari ini terjawab!
Begitulah kalau tauhid ini bekerja. Kisah di atas bukan hanya bertutur tentang fadhilah sedekah saja, tapi tentang fadhilah iman kepada Allah, keutamaan tentang meyakini Allah.
*** 

1 tahun yang lalu, ada seorang ibu mau daftar Umrah Ramadhan.
“Sendirian berangkatnya? Suami?,” begitu tanya saya ketika dia mengutarakan akan daftar umrah. Sendirian.
“Suami engga berangkat Ustadz”.
“Suami udah pernah berangkat?”
“Belum”.
“Mana enak berangkat sendirian?”
Ibu itu menjawab dengan senyumannya. Tahulah saya, bahwa persoalannya ada di uang.
“Uangnya ga cukup ya?”.
Beliau mengangguk.
“Udah pernah ke Tanah Suci sebelumnya?”
“Belum”.
“Suami?”
“Belum”.
Wah, kalo gitu, ga usah daftar umrah dah.
Terperanjatlah si ibu ini, demi mendengar saya bicara begini.
Maaf ya, biasanya pemilik travel umrah, mana ada yang menolak rizki. Sebab pendaftar kan berarti rizki. Tapi karena saya bismillah buka travel bukan untuk bisnis semata, maka saya merasa lebih perlu memberi nasihat ibu ini bersedekah ketimbang menerima pendaftaran umrahnya.
“Tapi saya udah kepengen umrah, Ustadz”.
“Iya, tapi coba jajal yang satu ini. Ibu percaya ga bahwa pergi haji itu bukan karena uang?”
“Percaya”.
“Kalau percaya, minta saja sama Allah supaya sekalian berangkat haji saja. Mintanya jangan tanggung-tanggung. Minta berangkat bareng dengan suami”.
“Wah, darimana jalannya Ustadz? Ini saja boleh nabung dikit-dikit”.
Itulah kita, manusia. Pertanyaan darimana jalannya itu pertanyaan yang tidak bertauhid.
Sebab orang mukmin tahu, jalannya itu adalah jalan Allah.
“Banyak Bu jalannya. Dan murah meriah. Kalau kuat berdoa, berdoa sepanjang waktu shalat, jangan kenal lelah dan jangan berhenti. Kalau perlu berdoa dengan menambah jam-jam shalat sunnah. Syukur-syukur mau bersedekah.”
Saya sarankan si ibu ini agar rela menyedekahkan uangnya. Dua-duanya sama-sama pekerjaan sunnat. Sebenernya kalau si ibu ini yakin, dia tetap memilih berangkat, lalu di Tanah Suci dia berdoa yang sama, ya berangkat juga. Namun saya bilang, kurang seru. Masa berangkat sendirian? Tidak ditemani pendamping hidup. Karenanya saya minta ibu ini bertaruh untuk menyedekahkan saja uang yang sedianya untuk umrah ini.
Ibu ini setuju. Uang USD2000 pindah tangan. Sebagiannya untuk pengembangan pembibitan penghafal al Qur’an, sebagiannya untuk anak-anak yatim dan dhuafa di luar pesantren Daarul Qur’an.
Jadi ga beliau Umrah Ramadhan? Tidak. Sebab uangnya ga jadi dipake daftar. Melainkan habis buat sedekah.
1 tahun berlalu. Bahkan lewat. Sebab sekarang ketika saya bercerita, sudah masuk Ramadhan. Sedang saya ketemu dengan ibu ini di bulan Sya’ban. 1 bulan sebelum Ramadhan. Tahun lalu. 2 bulan sebelum Ramadhan, travel haji umrah kami mengadakan manasik haji.
Diselenggarakan di Sekolah Daarul Qur’an Internasional (Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an) yang berlokasi di Kampung Ketapang. Dekat dengan kediaman saya. Tahu ga? Ibu tersebut ada di barisan orang-orang yang ikut manasik haji. Bersama suaminya! Tentu saja saya mengenalinya. Berceritalah dia termasuk di depan calon jamaah haji yang lain, bahwa Janji Allah itu benar.
Tanpa dinyana, ga berapa lama setelah ia sedekahkan uang umrah kemaren lusa itu, Allah bukakan rizki yang buanyak sekali. Ada proyek yang diamanahkan ke beliau, dan keuntungannya melampaui biaya haji. Dia pakai untuk biaya haji dirinya dan suaminya, masih lebih. Ia menganggap kelebihannya itu adalah pengembalian Allah atas sedekah uang umrah, dan kemudian ia masih mendapat bonus lagi 2. Satu, berupa biaya haji berdua dengan suaminya, dan satu lagi keuntungan buat perusahaannya. Masya Allah.
Peserta KuliahOnline, inilah tauhid. kita pernah bicara kan? Bicara tentang tauhid, bicara tentang keyakinan, begitulah saya pernah bertutur di KuliahOnline ini. 

*** 

Nah, terkait dengan persoalan umrah Juli tahun 2009 (saat esai ini ditulis masih 2008, WebAdmin), kita pake cara ini. Cara yakin kepada Allah dan bersedekah. Saat ini September 2008. Yang kita incer, Umrah Liburan, Juli 2009. Masih ada waktu 10 bulan (pendaftaran terakhir Umrah Juli 2009, di akhir Juni 2009). Maka menabunglah. Tapi jangan menabung untuk biaya umrah. Menabunglah untuk “Sedekah Umrah”. Saya katakan kepada wali santri saat itu (saat tercetus ide umrah bareng sekeluarga besar pesantren), bahwa berdasarkan teori dasar siapa yang memberi satu akan mendapatkan 10, maka didapat matematika seperti ini. Santri bernama A, memiliki kakak dan adik 2 orang. Artinya, keluarga ini terdiri dari 5 orang anggota; ayah, ibu, dan 3 orang anak. Niatkanlah berangkat Umrah Liburan nanti. 5 x 15 juta biaya umrah = 75 juta. Kalau punya uang, tidak masalah, tinggal daftar. Bagaimana kalau tidak punya uang? Sedang saya punya mau semua wali santri berangkat bersama seluruh anak-anaknya. Jangan ada yang ketinggalan. Apalagi kalau ga berangkat sebab ga punya uang, jangan sampai terjadi. Kalau tidak punya uang, tempuh jalan tauhid. Tempuh jalan meyakini Janji Allah; doa dan sedekah. Siapa yang mengeluarkan 1, dapet 10. Kalimat ini sama dengan: Siapa yang mau dapat 10, keluarkan saja 1. Maka, kalau diturunin pada kasus ini, siapa yang sedekah 7,5jt akan mendapatkan 75jt. Atau, siapa yang mau dapat 75jt, keluarkan 7,5jt. Bagi mereka yang punya 7,5jt, sekarang-sekarang ini, keluarkan sekarang. Tapi bagi yang tidak punya cash untuk sedekah sebesar 7,5jt, maka cicil saja. Kan masih ada waktu 10 bulan? Bagi saja 10 bulan. Ketemu angkanya 750rb setiap bulannya. Cicil terus sampe bulan Juni. Dan yakini, bahwa insya Allah pada saatnya nanti Allah akan memberikan rizki untuk mendaftarkan umrah sekeluarga. Bila ini yang diyakini, insya Allah akan terjadi apa yang kita yakini,. Inilah tauhid. Meyakini Allah, meyakini Janji-Nya, Keesaan-Nya, Kekuasaan-Nya, kebesaran-Nya. Bahkan, di Buku The Miracle, yang sebagiannya juga dipelajari insya Allah di Kuliah Online, kita meyakini, bahwa bisa saja Allah membayar lunas dulu target kita, permintaan kita, padahal cicilan sedekah kita belum lunas. Atau bisa saja Allah memberi lebih dari sekedar 75jt. Sebab Janji-Nya memang demikian. Dia akan memberi hingga 700x lipat atau bahkan lebih.
***

Peserta KuliahOnline, rasanya tidak salah jika kemudian saya menyeru kepada seluruh walisantri agar memakai betul ilmu yang didapat ini. Bahkan saya menyeru kepada jamaah peserta kuliah, agar juga menerapkan ini. Hitung berapa anggota keluarga Anda semua, dan kalikan dengan biaya umrah. Kemudian kalikan 10% dari total biaya itu. Insya Allah kita ketemu dah di Tanah Suci. Dan saya tegaskan kembali, ketika bicara ini, ini sudah melampaui bicara tentang sedekah. Tapi sudah jauh bicara tentang tauhid. Iman kita tentang tauhid, keyakinan kita tentang tauhid, akan mengantarkan kita mendapatkan keajaiban-keajaiban Janji Allah. Dalam pada itu, saya kembali mengingatkan, bahwa bila semua ini mau berjalan mulus, nomor satu, tetap saja kita harus memperbaiki shalat kita. Ini adalah landasan tauhid. utamanya bila Anda mau menjajal sesuatu yang besar-besar. Benahilah shalatnya dulu. Maka besok insya Allah kita akan meneruskan kembali kajian tentang shalat dengan pengembangan pembahasan dari sisi tauhid. Sampe ketemu lagi besok. Mudah-mudahan panjang umur. Mohon doa dari semua peserta. Kemaren, tanggal 9 September 2008, kami merayakan ulang tahun perkawinan kami yang ke-9, 9th wedding anniversary kami. Masya Allah, makasih doanya selama ini. Doa dari Anda semualah yang juga turut sudah menjaga kami. Baarokawloohu lanaa. Salam.
***

No comments: